Bersih Belik Kangkung
afni 02 Oktober 2025 14:11:29 WIB
Ngeposari (26-08-2025) - Sebuah tradisi budaya masih lestari di tengah masyarakat Jawa yang sarat akan nilai-nilai spiritual dan kearifan lokal. Tradisi tersebut berakar dari cerita turun-temurun para simbah mengenai seorang Wali zaman Wali Songo yang berniat membuka aliran sungai dari Luweng Ngudho hingga Kali Suru, menggunakan sebuah tongkat (teken) yang diyakini memiliki kekuatan spiritual.
Konon, sang Wali mendapat petunjuk bahwa proses tersebut harus dilakukan sebelum fajar menyingsing. Namun, di tengah upaya tersebut, muncul seorang tokoh bernama Ki Tunggul Wulung (atau Ki Tunggul Wuluh) yang justru membunyikan lesung dan mengajak warga beramai-ramai, sehingga menimbulkan kesan bahwa fajar telah tiba. Akibatnya, proses tersebut terhenti dan tongkat Wali tersebut tertancap di sebuah ladang atau hutan. Lokasi itu kemudian memunculkan mata air (belik) dan menjadi tempat keramat yang diberi nama oleh sang Wali: Mbah Wono Kerso.
Rangkaian Bersih Belik Kangkung
Sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah dan ajaran leluhur, masyarakat setempat setiap tahunnya melaksanakan ritual adat budaya pada hari Jumat Legi, dengan beberapa rangkaian kegiatan:
-
Pembersihan Belik (resik-resik) oleh seluruh warga secara gotong-royong.
-
Masyarakat yang memiliki hajat diperbolehkan mengambil air atau tanah dari belik sebagai bentuk ngalap berkah.
-
Diselenggarakan sedekah bumi atau rasulan, dengan berbagai sesaji dan makanan tradisional.
Adat ini tidak dimaksudkan untuk mengkultuskan tempat atau menyimpang dari ajaran agama, namun murni sebagai bentuk pelestarian budaya lokal yang sudah diwariskan secara turun-temurun oleh para leluhur. Semua prosesi dilakukan dengan niat memohon ridho Allah SWT dan syafaat Nabi Muhammad SAW.
Simbol Kebersamaan dan Pelestarian Budaya
Dalam setiap pelaksanaannya, tradisi ini diwarnai dengan penyediaan tumpeng komplit, ingkung ayam, menyan, bunga boreh dsb sebagai simbol rasa syukur dan harapan atas kelestarian alam dan keselamatan warga.
Tokoh masyarakat dan para sesepuh berharap agar generasi muda dapat terus memahami, melestarikan, dan menghargai adat serta nilai sejarah lokal sebagai bagian dari jati diri budaya Jawa yang luhur.
"Adat ini bukan sekadar ritual, tapi perwujudan rasa syukur, pengingat sejarah, dan pertautan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta," ujar salah satu sesepuh di Padukuhan Kangkung B.
Adat Bersih Belik menjadi bukti bahwa warisan leluhur bukan hanya cerita masa lalu, tetapi juga sumber kearifan yang terus hidup dan menyatu dalam denyut kehidupan masyarakat khususnya di Kalurahan Ngeposari.
Formulir Penulisan Komentar
Pencarian
Statistik Kunjungan
Hari ini | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
Kemarin | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
Pengunjung | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
- RTLH Bergaya Arsitektur Keistimewaan Yogyakarta
- Bersih Belik Kangkung
- Agenda Kegiatan Bulan Oktober 2025
- Pelatihan Pembuatan Makanan Ringan Berbahan Baku Singkong dan Pisang untuk Desa Prima Sarinten
- Sosialisasi Pembentukan KEP Desa PRIMA di Kalurahan Ngeposari: Upaya Pemberdayaan Perempuan
- Kalurahan Ngeposari Raih Juara 2 Semanu Night Carnival 2025
- Kalurahan Ngeposari Terima Kunjungan Bimtek Pamong Kalurahan “Danarta” se-Kulon Progo