Rasulan Rebo Kliwon masyarakat Ngeposari

zoe 28 Agustus 2019 13:34:34 WIB

Rasulan adalah tradisi yang sudah lama diselenggarakan oleh masyarakat Gunungkidul, merupakan suatu kegiatan yang diselenggarakan oleh masyarakat setempat sebagai tradisi turun temurun dari nenek moyang. Rasulan merupakan salah satu tradisi yang masih melekat pada masyarakat di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu. Tradisi ini biasa dilaksanakan setelah panen raya yang dilakukan para petani sebagai simbol syukur kepada Allah yang telah memberikan rezeki.

Tradisi ini sampai sekarang rutin diadakan setiap tahunnya oleh masyarakat Desa Ngeposari. Waktu pelaksanaannya pun berbeda-beda,ada yang dilakukan pada hari senin Pahing, ada yang Rabu Kliwon dan ada juga yang dilaksanakan hanya pada bulan Besar (bulan Dzulhijjah dalam  tahun Hijiriyah).

Seperti yang terjadi pada hari ini Rabu Kliwon (28/08/19) beberapa padukuhan memilih hari ini untuk melakukan Tradisi Rasulan, seperti yang dilakukan oleh masyarakat :

  1. Padukuhan Ngepos
  2. Padukuhan Kangkung B
  3. Padukuhan Kangkung A
  4. Padukuhan Kalangbangi Lor A
  5. Padukuhan Kalangbangi Lor B
  6. Padukuhan Kalangbangi Wetan
  7. Padukuhan Kalangbangi Kulon

Beberapa padukuhan diatas mengadakan upacara adat Rasulan, ada yang dilaksanakan sampai beberapa hari dengan berbagai macam pertunjukan kesenian sinag dan malam, ada juga yang hanya dengan Upacara Adat Genduri.  Namun pada dasarnya tujuanya adalah sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayahnya kepada masyarakat.

Satu hal juga yang menarik adalah pada hari Rasulan  masyarakat setempat mengundang saudara, teman dan kerabat di luar padukuhan untuk bersilaturahmi. Selain itu juga hiburan seperti Jatilan, Campursari dan kirab budaya mempunyai daya tarik tersendiri untuk membuat masyarakat diluar padukuhan untuk hadir menyaksikan kegiatan Rasulan tersebut.

Secara tidak langsung pun selain wujud Rasa Syukur, Rasulan-pun menjadi ajang silaturahmi masyarakat lokal. Masyarakat tidak merasa terbebani dengan itu meskipun untuk biaya Rasulan setiap Kepala Keluarga harus iuran swadaya bahkan sampai ratusan ribu.

Banyak hal yang didapat dan  besar manfaat dari Tradisi Rasulan ini, kita sebagai masyarakat Jawa sudah selayaknya melestarikan kegiatan tersebut. Agar tradisi lokal kita tidak terhapus oleh budaya-budaya luar yang.

 

Salam Budaya.

 

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar