ADAT RASULAN CATUR PADUKUHAN

zoe 14 Agustus 2019 11:09:02 WIB

Rasulan adalah tradisi yang dilestarikan dan diselengarakan dari jaman dahulu kala oleh masyarakat Gunungkidul khususnya masyarakat Desa Ngeposari. Merupakan suatu kegiatan yang diselenggarakan oleh para petani setelah masa panen tiba sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Waktu pelaksanaannya pun berbeda-beda, tergantung pada weton padukuhan tersebut, ada yang hari Senin Pahing, ada yang hari Rabu Kliwon.

Awal Agustus kemarin tepatnya pada tanggal 1-5 Agustus 2019 adalah perayaan Rasulan Catur Padukuhan yaitu Padukuhan Mojo, Semuluh Lor, Semuluh Kidul, dan Ngaglik yang pada kesempatan kali ini lokasi perayaan berada di Padukuhan Mojo. Kepanitiaan dari rasulan ini adalah tokoh masyarakat masing-masing padukuhan dengan pelaksana teknis adalah pemuda karang taruna setempat.

   Rangkaian acara dari peringatan Rasulan Catur Padukuhan adalah sebagai berikut :

  1. Kamis Pon 1 Agustus 2019
    • Pengajian Akbar dengan Pembicara KH. Faqih Mabrur ( Ki Ageng Alap-Alap) dari Jawa Tengah
  1. Jum’at Wage 2 Agustus 2019
    • Campursari dengan bintang Tamu Mbah Baut dan Nikem Sarintem
  1. Sabtu Kliwon 3 Agustus 2019
    • Orkes Dangdut
  1. Minggu Legi 4 Agustus 2019
    • Jalan Sehat
    • Jatilan
    • Electone
    • Paguyuban Ketoprak Semuluh Kidul
  1. Senin Pahing
    • Kirab Budaya catur Padukuhan
    • Reog Manunggal Suci
    • Pagelaran Wayang Kulit Semalam Suntuk dengan dalang Ki Seno Nugroho
  1. Volly Ball setiap sore selama tanggal 1 – 5 Agustus 2019

 

Inti dari kegiatan diatas adalah wujud rasa Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan juga sebagai sarana dan upacara adat membersihkan wilayah Catur Padukuhan, tidak hanya membersihkan lingkungan desa, puncak dari tradisi rasulan disemarakkan dengan berbagai rangkaian kegiatan olahraga dan pertunjukan seni budaya. Rasulan telah dikemas menjadi salah satu event budaya khas lokal dan pengembangan wisata di kawasan Desa Ngeposari.

Pada tradisi rasulan, puncak keramaian biasanya terjadi pada saat diselenggarakannya kegiatan kirab dan Pagelaran Wayang Kulit. Kirab adalah semacam karnaval atau arak-arakan mengelilingi desa dengan membawa tumpengan atau sajian berupa hasil panen seperti pisang, jagung, padi, dan sebagainya.

    Setelah upacara persembahan tumpengan atau kirab, rasulan dilanjutkan dengan melakukan doa bersama di balai padukuhan untuk ketentraman dan keselamatan seluruh warga.    Tradisi rasulan merupakan aset budaya yang harus dipertahankan, karena dengan jiwa kebersamaan dan semangat gotong-royong, maka keharmonisan masyarakat dapat terwujud. Selain sebagai sarana untuk memupuk semangat kekeluargaan, tradisi ini juga menjadi salah satu wadah untuk melestarikan kesenian daerah khususnya Desa Ngeposari.

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar